Selasa, 15 Maret 2016

Kisah Dibalik Kesunyian Dinding Benteng Indrapatra

Asalamu'alaikum Warahmatullah...

Aceh tidak saja menyimpan sejarah tentang kejayaan peradaban Islam semasa Kesultanan Aceh saja. Jauh sebelum Islam masuk ke dalam kehidupan masyarakat Aceh, agama Hindu telah terlebih dahulu berkembang di masyarakat. Salah satu saksi bisu masa keemasan kerajaan Hindu di Aceh adalah Benteng Indra Patra yang terletak di Desa Ladong, Kecamatan Masjid Raya, Kabupaten Aceh Besar. 
Salah satu keunikan yang dimiliki benteng ini terletak pada susunan konstruksinya yang kokoh. Kekokohan benteng ini terbentuk oleh struktur penyusunnya yang terbuat dari bongkahan batu gunung yang saling merekat kuat satu sama lain. Rahasianya terletak pada adonan yang merekatkan bongkahan-bongkahan batu gunung tersebut.


Adonan tersebut dibuat dari campuran kapur, tumbukan kulit kerang, tanah liat dan putih telur. Penggunaan putih telur sebagai perekat bangunan seperti ini juga dapat kita temukan di beberapa bangunan kuno lain di Nusantara seperti Candi Borobudur dan Prambanan. Benteng ini dibangun untuk pertahanan oleh kerajaan Lamuri, kerajaan Lamuri dulu berada di bawah kerajaan Sriwijaya yang kekuasaannya sangat luas dibawah wangsa (dinasti) Syailendra dengan raja pertamanya Balaputradewa.


Ketika kerajaan Sriwijaya sedang  mencapai puncak kejayaannya dan kemakmurannya yang memainkan peran penentu dengan menetapkan pola perdagangan terdiri atas tiga lapisan pelabuhan, termasuk pelabuhan Kerajaan Lamuri. Kejayaan dan kemakmurannya ternyata mengundang datangnya ekspedisi armada dari raja Rajendra Chola dari Chola india selatan pada tahun 1025 dengan melakukan serangan kepada seluruh pelabuhan-pelabuhan di Sriwijaya termasuk ilmuriddesam (kerajaan Lamuri) yang dihancurkan menjadi sunyi seperti yang diriwayatkan dalam prasasti Tanjore 1030. Tak lama kemudian armada Chola kembali kenegerinya sedangkan sejumlah lainnya menetap dan menjadi bagian dari penduduk.


Benteng ini juga pernah di gunakan oleh Kesultanan kerajaan Aceh dimasa pemerintahan Sultan Iskandar Muda Meukuta Alam (1607-1636) sebagai pertahanan digaris depan yang memang benteng ini berada tepat dibibir pantai yang berhadapan dengan selat malaka. Yang mana selat malaka adalah jalur perdagangan internasional yang sangat penting. Benteng ini menjadi satu situs bersejarah di Aceh, Meski sekarang mungkin bentuknya sudah tidak seperti semula karena dimakan usia dan terkena bencana tapi kita tetap bisa flashback kemasa lalu tentang sejarah yang telah menjadi bagian dari kehidupan kita masyarakat Aceh.


Wasalamu'alaikum warahmatullah...


  
Comments
0 Comments

0 komentar:

Posting Komentar